:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2332352/original/078838700_1534413665-PIDATO_NGAPAK_2-Muhamad_Ridlo.jpg)
Lain lagi dengan Rindy Setyanigsih. Siswa SD Negeri 5 Cingebul ini menyoroti penggunaan ponsel. Menurut dia, penggunaan alat komunikasi banyak yang tak bermanfaat. Ponsel lebih banyak digunakan untuk bersenang-senang.
Padahal, di sisi lain, ponsel bisa digunakan untuk belajar. Tetapi, nyatanya, ponsel hanya digunakan untuk bermain gim.
"Siki wong direh neng Hape. Nek hapene laka digoleti, ngasi ora lali turu (Sekarang orang diperdaya oleh ponsel. Kalau ponsel tidak kelihatan dicari. Tanpa ponsel tidur tidak nyenyak)," Rindy mengungkapkan.
Kepala Desa Cingebul, Khusnadin mengatakan lomba berbahasa Ngapak atau Panginyongan ini adalah upaya untuk melestarikan bahasa banyumasan yang kian ditinggalkan.
Menurut dia, bahasa lokal atau bahasa Ibu semakin ditinggalkan karena banyaknya anak muda yang merantau ke ibu kota. Saat berumah tangga, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Sebab itu, banyak istilah yang hilang.
Terkait salah satu tema siswa yang menyoroti rusaknya sungai, dia menerangkan bahwa pemerintah desa telah mengeluarkan Peraturan Desa tentang pelestarian alam. Salah satunya melarang penangkapan ikan dengan setrum dan racun. Selain itu, perburuan satwa menggunakan senapan pun telah dilarang.
Pada kesempatan terpisah, Budayawan Banyumas, Ahmad Tohari mengakui penutur bahasa Banyumasan semakin berkurang. Padahal, jumlah penutur di Banyumas Raya dan sejumlah daerah lainnya lebih dari 10 juta orang.
Namun, bahasa Banyumasan atau Pangiyongan tergerus oleh bahasa Indonesia yang dinilai lebih modern. Bahkan, bahasa Banyumasan sudah jarang digunakan dalam lingkup keluarga, sebagai bahasa ibu atau bahasa lokal sehari-hari.
"Kalau bukan kita yang melestarikan, siapa lagi," Tohari berujar.
from Berita Hari Ini, Kabar Harian Terbaru Terkini Indonesia - Liputan6.com kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2MZO272
No comments:
Post a Comment