Menariknya, dua pekan sebelum kesepakatan baru dengan Garena dibuat Tencent justru membuat terobosan dengan mencoba masuk ke pasar Jepang yang dikenal sulit ditembus produk-produk e-sports mancanegara. Martin Lau pada awal November tersebut menggamit pengembang e-sports Jepang, DENA, untuk memastikan AOV dapat beradaptasi dengan lingkungan e-sports Negara Matahari Terbit.
Selain melokalkan konten AOV untuk Jepang, di sana DENA juga bertanggung jawab untuk marketing secara umum. Para pengamat e-sports menduga nama AOV akan diubah demi kepentingan pemasaran seperti yang dilakukan di Korea Selatan di mana AOV dikenal dengan nama Penta Storm.
Saat diperkenalkan di negara asalnya sendiri, di Tiongkok, AOV memiliki nama Honor of Kings. Untuk mengetahui seberapa besar penetrasi AOV di Jepang memang masih perlu ditunggu, tapi di Korsel sudah terbukti Penta Storm tidak pernah keluar dari jajaran 100 e-sports terpopuler dan bahkan cukup lama berada di posisi 50 besar.
Sejak diperkenalkan pada 2015 hingga semester pertama 2018, Honor of Kings sendiri telah menangguk 3,7 miliar dolar AS (Rp 53,9 triliun) lewat pembelian fitur-fitur dalam app iOS untuk pasar China saja. Untuk pasar Amerika Serikat, AOV dalam 11 bulan pertama telah mendapatkan penghasilan 5 juta dolar AS (Rp 72,8 miliar) lewat pembelian fitur-fitur dalam app Android dan iOS.
Langkah-langkah strategis Tencent ini pada akhirnya dapat memastikan nomor e-sports Arena of Valor dipertandingkan di Asian Games 2022 karena jumlah pengguna dan atlet profesional yang aktif di kawasan Asia bertambah banyak akan memaksa Dewan Olimpiade Asia (OCA) untuk memberikan restu kehadiran AOV dalam event empat tahunan itu.
Sumber: Bola.com/Darojatun
Saksikan juga video menarik di bawah ini:
No comments:
Post a Comment