Liputan6.com, Bekasi - Sore itu kerumunan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) tengah duduk bersama. Sebagian mereka mengenakan kaos biru dan sebagian lainnya orange. Di antara mereka ada seorang berkepala plontos yang nampak akrab bercengkrama dengan para pasien rehabilitasi di Bekasi itu.
Para pasien pun nampak tenang mendengarkan ucapan yang terlontar dari mulut pria bernama asli Krisma Dianeri itu. Seolah mereka sangat mengerti dan paham apa yang dibicarakan. Begitu pula saat pasien diajari membaca Alquran atau menyerukan yel-yel, mereka hanya menurut tanpa ada bantahan.
Berada di tengah-tengah pasien gangguan jiwa, memang bukan sebuah hal yang asing bagi pria yang akrab disapa Om Bot itu. Bertahun-tahun telah ia habiskan untuk melayani pasien yang rata-rata berusia remaja hingga dewasa itu.
Tak mudah baginya melakoni pekerjaan yang mungkin bakal dihindari oleh kebanyakan orang. Terlebih ada ratusan pasien yang harus dilayani setiap harinya, yang tentu akan sangat menyita waktu dan tenaga.
"Tentu melakukannya butuh kasih sayang. Dari mulai pukul 5 pagi kita sudah bangunkan, mandikan, mengabsen, memberi makan. Dikasih hiburan hingga menjelang siang sampai malam hari mereka terlelap tidur," kata Kepala Pelayanan dan Koordinator Yayasan Jamrud Biru, Bekasi, Jawa Barat, Om Bot kepada liputan6.com, Rabu (15/1/2020).
Rutinitas yang dilakukan setiap harinya kepada pasien, membuat Om Bot merasa disegani. Pasien sangat senang karena menerima perlakuan yang baik dari orang yang bahkan bukan berasal dari keluarga mereka.
"Itu yang membuat para warga binaan merasa sungkan dengan kita, yang selama ini mereka tidak dapatkan itu dari pihak keluarga. Di sinilah kita bisa berikan dengan kasih sayang. Ada saatnya kita tegas, ada saatnya kita lembut," paparnya.
Suka Duka
Bermacam suka duka dialami Om Bot selama pengabdiannya kepada yayasan. Salah satunya ia merasa senang karena bisa menambah pengetahuannya tentang ilmu kejiwaan. Namun di sisi lain ia harus mengakui kehilangan quality time bersama keluarga, lantaran waktunya lebih banyak diluangkan untuk pekerjaan.
"Dukanya tentu sangat dan sangat lelah, sedangkan waktu untuk keluarga hanya 4 jam. Terkadang istri yang saat ini hamil 6 bulan, tentu ada rasa cemburu karena waktu hanya 4 jam tiap hari untuk keluarga. Bahkan kalau istri lagi kangen, dia datang ke yayasan untuk bertemu saya hingga larut malam," keluhnya.
Pun demikian, Om Bot berujar tak pernah menyesali profesi yang sangat menguras waktunya bersama keluarga. Sebaliknya, ia tetap bersemangat melayani selama tenaganya masih dibutuhkan.
"Alhamdulillah untuk saat ini saya belum bisa libur, karena bentuk dari tanggung jawab. Izin sebentar, saya sudah ditelepon. Alhamdulillah saya diberi kepercayaan oleh Pak Suhartono soal pelayanan dan koordinator lapangan, juga membawahi pekerja sosial teman-teman yang lain di Jamrud Biru. Itu yang membuat berimbang lah suka dan dukanya," pungkasnya.
No comments:
Post a Comment